Moudyza dengan piagam dan medalinya pada tahun 2022. Sumber: Pemkab Jeneponto.
Dalam sebulan terakhir, Program Studi Pendidikan Dokter kami dilanda duka beruntun. Dua dosen kami kehilangan ibunda tercinta, dan kini, salah satu putri terbaik kami, ananda Moudyza Chanra Sally, berpulang ke rahmatullah pada 11 April 2025.
Kabar duka disampaikan langsung oleh orang tua beliau di dini hari yang hening. Meski belum sempat kami konfirmasi di mana ananda menghembuskan napas terakhir—di Makassar, Jeneponto, atau Penang tempat beliau menjalani pengobatan—kehilangan ini begitu terasa dalam.
Saya pertama kali mendengar nama Moudyza saat mengabsen kelasnya Oktober lalu. Namanya dipanggil, namun tak ada jawaban. Ketua kelas menjelaskan, “Sakit, Dok.” Rupanya, ia telah lama berjuang melawan penyakit berat, sejak awal masa kuliah.
Meski tak pernah berjumpa langsung, saya mengenal almarhumah melalui jejak semangatnya. Ia sosok yang tak mudah menyerah.
Di tengah ujian berat, Moudyza tetap berkarya. Ia sedang menunggu penerbitan bukunya yang berjudul “Here to Feel It All”—sebuah refleksi tentang hidup, rasa, dan perjuangan. Sayangnya, ia berpulang sebelum sempat menyaksikan buku itu hadir di tangan pembaca.
Tak hanya menulis, Moudyza juga berprestasi—pernah meraih juara keempat dari lebih dari 7000 peserta dalam National English Olympiad 2022. Jejak prestasinya bahkan tercatat di Antara. Lembaga Kantor Berita Nasional Antara, adalah sebuah badan usaha milik negara (BUMN) yang bertugas sebagai kantor berita nasional Indonesia. Pencapaian seseorang dapat dimuat di sana adalah sebuah prestasi tersendiri, tentunya.
Teman-teman sekelas, dosen, dan seluruh sivitas akademika FKIK UIN Alauddin Makassar turut berduka. Kehadirannya mungkin singkat, namun kesan dan keteladanan yang ia tinggalkan sangat dalam.
Pada maghrib pertama sepeninggal beliau, HMJK PSPD UIN Alauddin Makassar menggelar Yasinan dan Do’a bersama untuk beliau dan ibu tercinta dari dua dosen kami. Saya dihubungi Muhammad Anhar Rasyid, ketua HMJK secara mendadak, bersyukur dapat mengikutinya di hiruk-pikuk area penjemputan di Arrival Terminal bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.
Kami mendoakan, semoga Allah SWT mengampuni
segala khilafnya, menerima seluruh amal baiknya, dan menempatkan Moudyza di
tempat terbaik di sisi-Nya. Untuk orang tua beliau, Ibu Hj. Andi Rahmah dan
Bapak H. Manrancai Sally, semoga diberi ketabahan dan kekuatan.
Selamat jalan, Moudyza.
Terima kasih telah menginspirasi kami semua
dengan keberanian, kegigihan, dan ketulusanmu***.
(Nurhira Abdul Kadir, Ketua Program Studi pendidikan Dokter, FKIK UIN Alauddin
Makassar).